Monday, August 28, 2006
Anak Dalang Yang Tak Suka wayang

Anak Dalang Yang Tak suka wayang
Ini Anak dalang tapi tak suka wayang, sukanya main game. Yang laki Namanya "Wenang Purbaningrat", yang cewek namanya "Mahya Indrastuti".
Waktu umur 3 tahun suka sekali memainkan wayang dan telah menghancurkan 5 wayang dalam sebulan untuk dimainkan. tetapi setelah masuk SD tidak lagi suka wayang.
Wenang sekarang sudah kelas 4 SD, dan memiliki IQ kategori jenius yakni 132. Sedangkan Mahya baru kelas 1 SD, dengan IQ rata-rata.
Tuesday, August 15, 2006
Monday, August 14, 2006
Adegan Limbukan

Adegan Limbukan adalah suatu adegan di dalam pergelaran wayang kulit sesudah Adegan pertama (jejer sepisan). Dimana pada adegan ini biasanya digunakan untuk inter mezo, didalamnya ditampilkan lawakan, lagu-lagu, biasanya Dalang akan mengutarakan maksud tujuan diadakanya pergelaran wayang, serta berbagai pesan dari beberapa pihak bisa disampaikan di sini dengan lugas.
Adegan limbukan mempunyai fungsi menghibur, di satu sisi sebagai ajang pengendoran syaraf, karena saat adegan jejer sepisan telah ditampilkan pembicaraan yang serius mengenai inti permasalahan lakon yang akan digelar semalam suntuk, sehingga adegan ini sangat membantu mencairkan suasana. (BAS).
Sunday, August 13, 2006
Pesinden Gue

Siden adalah penyanyi wanita dalam pergelaran wayang. Pada jaman dulu Sinden hanya satu orang dan biasanya istrinya Ki Dalang, posisi duduknya disamping tukang kendang, menghadap ke layar (kelir). Seiring perkembangan jaman, sinden dalam satu pergelaran bertambah menjadi beberapa antara 4- 8 dan posisi duduknya berubah membelakangi layar, persis berada di samping kanan Dalang.
Jaman dahulu sinden tidak banyak bersolek. hanya memakai kain dan kebaya seadanya tanpa make up dan tanpa Gelung gedhe. Tapi diera sekarang sinden sudah sangat maju, bersanggul, gelung gedhe, memakia kebayak dan kain yang diserasikan dengan selendangnya. Duduk memakai alas yang direnda-renda yang didalamya berfungsi sebagai penyimpan buku notasi dan cakepan sindenan.
Sinden mempunyai peranan yang penting dalam pergelaran wayang. Selain sebagai pelantun lagu pengiring wayang Sinden yang terkenal saat sekarang juga disejasjarkan dengan penyanyi yang berfungsi sebagai tontonan dengan honor yang lumayan tinggi untuk sekali pentas. (BAS)
"Pengrawit Gue"

Pengrawit(nayogo) ; adalah pemain gamelan sebagai patner Dalang dalam suatu pergelaran wayang. Instrumen gamelan lengkap dengan laras Slendro dan pelog ada sekitar 25 buah. Terdiri dari alat musik pukul, tiup, gesek dan petik. Nama-nama ricikan gamelan pukul adalah; Gender, Slenthem, Demung, Saron, peking, Bonang, Kenong, Gong, Kethuk, Kendang, Gambang, Bedug, Dram. Ricikan tiup; Seruling dan Slompret. Gesek: Rebab. Petik; Siter dan Clempung.
Dalam suatu pergelaran wayang yang normal diperlukan sekitar 30 orang pengrawit dan 4-8 orang Sinden. Lama pertunjukan sekitar 7 jam. dimulai pukul 21.00 selesai pukul 04.00 pagi. Tapi untuk pergelaran yang eklusif bisa sampai 40-60 orang.
Dalam mengiringi Dalang pengrawit bekerja semalaman dengan duduk bersila, dan menggunakan pakaian adat jawa, beskap landung (tanpa keris) maupun beskap komplit ( dengan keris). Seorang pengrawit biasanya mempunyai spesialis dalam menabuh gamelan, misalnya ia spesialis memainkan gendang, Rebab, Gender, bonang dan sebagainnya. (bas).
Pentas di Kranji

Menurut Buku "Sastramiruda" karangan K.P.H. Kusumodilaga, seorang Dalang harus memepunyai bekal beberapa kemampuan baik teknis maupun non teknis agar mampu mempergelarkan wayang secara baik.
Bekal itu antara lain :
1. Mardawa lagu; seorang Dalang ahrus menguasai tentang gending (iringan wayang), tembang, karawitan dan suluk.
2. Amardi basa; menguasai bahasa pedalangan. 3. Awicarita; pandai berceritera dan punya perbendaharaan ceritera ( banyak baca naskah-naskah lakon wayang).
4. Paramakawi; pandai berbicara tahu bahasa kawi.
5. Paramasastra; tahu tata bahasa dan banyak menyelami sastra.
6. Amardi carita ; Mengerti ceritera baku, tidak mengubah esensi ceritera pokok dalam wayang.
Selain itu juga menguasai pembagian waktu dalam semalam, mengerti anggah-ungguh dalam mendalang, termasuk menghindari menghujat dan berkata kotor. Pandai menggerakkan wayang (sabetan) dan mempunyai semangat yang tinggi dalam mendalang. (sumber: Kawruh Pedalangan R. Sutrisno.1976)
Jejer dwarawati

Pada jaman Hindu Jawa banyak pujangga istana yang menghasilkan karya satra dengan media wayang sebagai bsarana ungkapnya. Karya sastra itu ada yang berbentuk prosa dan puisi. Sedangkan ceritera yang digarap ada yang berupa saduran dari karya-karya sastra Hindia misalnya Mahabarata dan Ramayana, dan serat-serat asli Indonesia, serta ceritera Carangan atau karangan dalangnya sendiri. (Sumber: Pengetahuan Pedalangan Bb.Murtiyoso)
Friday, August 11, 2006
Gunungan Bb.Suwarno

Gunungan (Kayon) adalah wayang berbentuk gunung yang didalamnya terdapat berbagai ornamen diantaranya kayu (pohon), berbagai macam satwa; harimau, banteng, ular, burung, kera, gajah dan sebagainnya.
Gunungan biasanya diletakan ditengah layar pada waktu sebelum dan sesudah pergelaran wayang. Gunungan mempunyai fungsi ganda dalam pergelaran wayang. Selain sebagai tanda pembuka dan penutup pergelaran, gunungan juga sering digunakan Ki Dalang sebagai Gunung, kayu, air, laut, hujan, angin, awan, api, dan sebagainnya.
Gunungan dalam wayang terdapat dua jenis yakni gunungan laki dan perempuan. Gunungan laki biasanya bentuknya ramping, sedangkan gunungan perempuan terlihat agak gemuk.
Di era sekarang telah lahir beberapa bentuk gunungan baru, misalnya kayon klowong karya Ki Bambang Suwarno, kayon sodiak, kayon masjid Ki Entus Susmono dan masih banyak lagi jenis kayon baru. (BAS)
Wednesday, August 09, 2006
Ruwatan
Manusia lahir dalam keadaan suci, namun seiring perjalanan waktu, dosa-demi dosa menempel pada diri hidup dan kehidupan manusia. Semakin lama melangkah semakintebal debu dosa yang menempel pada diri kita. Debu itu semakin tebal dan tebal lagi, sehingga akan menggunung dan akan terasa berat kita menyangganya berjalan mengarungi ganas dan luasnya samudera kehidupan. Kadang terhempas dalam karang yang keras, kadang tersisih dalam onggokan sarah di tepi laut. Hanya sesekali mencicipi manisnya kehidupan.
Dalam menempuh lorong hidup menuju akhir kehidupan, diperlukan kebersihan diri untuk kembali ke KuasaNya. Untuk itu harus kita persiapkan diri kita, dengan mencangkul onggokan debu sedikit demi sedikit hingga besih. Niscaya dengan demikian kita akan terasa enteng dalam menjalani hidup ini.
Dalam menempuh lorong hidup menuju akhir kehidupan, diperlukan kebersihan diri untuk kembali ke KuasaNya. Untuk itu harus kita persiapkan diri kita, dengan mencangkul onggokan debu sedikit demi sedikit hingga besih. Niscaya dengan demikian kita akan terasa enteng dalam menjalani hidup ini.
dalang wayang kulit

Dalang Wayang Kulit
Seseorang yang mempunyai keahlian khusus dalam meyajikan pementasan wayang kulit. Seorang Dalang mampu berceritera semalam suntuk dengan didukung oleh pengrawit, pesinden dan menggunakan peralatan gamelan, wayang, sounsistem dan panggung.
Certitera yang dibawakan beragam dan bisanya menggambil ceritera dari Epos Ramayana dan Mahabarata, dan juga ceritera-ceritera asli Indonesia seperti Murwakala,Dewa Ruci, Sudamala dan sebagainnya.
Dalam pergelaranya Dalang mempunyai peran ganda. Peran Dalang; sebagai aktor tunggal, penata iringan, penulis lakon, sutradara, pemain, penata gerak, penata panggung, penata artistik dan lainnya.
Pada jaman dulu Dalang disebut sebagai "Dhahyang" yang berarti seseorang yang mempunyai kelebihan tertentu di lingkungan masyarakatnya. Bahkan di desa-desa jaman dulu, Dalang tidak hanya "Mayang" (mendalang) tetapi juga melakukan laku darma dengan memberikan pertolongan kepada yang perlu mendapat pertolongan. Dalang bahkan menjadi tempat konsultasi berbagai masalah individu, keluarga, dan kemasyarakatan.
Dalam masalah individu dalang sering menjadi tempat konsultasi masalah pribadi seseorang yang sedang mengalami kesulitan. begitu pula dengan masalah keluarga. Dalam masalalah kemasyarakatan ditandai dengan adanya "Dalang mupu anak" (Dalang mengangkat anak asuh). Jaman dulu bila ada bayi lahir pada saat ada wayang dimainkan maka bayi itu milik Ki Dalang yang sedang pentas. Bayi di bawa ke panggung pergelaran dan di pangku oleh sang Dalang serta diberi nama. Pada dewasanya anak ini menjadi anak angkat Dalang tersebut. sehingga Dalang mempunyai kewajiban untuk memberi nafkah, sandang dan sekolah anak tersebut.